Perempuan Penggerak “Support Bali”: Kita Harus Bergerak, Jangan Hanya Menunggu Pemerintah

Perempuan Penggerak “Support Bali”: Kita Harus Bergerak, Jangan Hanya Menunggu Pemerintah

Berbekal keyakinan empati dan niat baik menolong, para perempuan penggerak menginisiasi gerakan kebaikan dalam sebuah wadah bernama “Support Bali”. Mereka yakin pasti dilancarkan. Mereka merasa perlu bergerak melakukan sesuatu, tidak sekadar menunggu bantuan pemerintah. 

Situasi krisis seperti pandemi seperti saat ini, telah mempertemukan saya dengan salah seorang teman lama. Dia adalah Maya Christy, salah satu inisiator gerakan kebaikan Support Bali. Maya tidak sendirian, dia bersama dua teman lainnya, yatu Estefania Orchid dan Nike Adinata menggerakkan Support Bali.  

Berawal dari Seorang Dokter yang Menggunakan APD dari Jas Hujan

Pertemuan kembali saya dengan Maya diawali ketika kami tergabung dalam grup WhatsApp (WA) alumni. Karena grup alumni lahir di situasi krisis ini, maka tak jarang perbincangan kami sekitar covid-19 dan perkembangan terkini. Di sini lah kemudian saya merasakan langsung bagaimana Maya seringkali heboh menanyakan adakah yang menjual masker, hazmat, desinfektan, dan kebutuhan lainnya. Saat itu awalnya saya cuek, saya pikir Maya akan membeli semua kebutuhan itu untuk karyawan atau teman-temannya. Karena yang saya tahu, Maya adalah seorang pebisnis interior di Bali. 

Tim Support Bali saat ini telah mengumpulkan donasi dan menyumbangkan Alat Perlindungan Diri (APD) ke fasilitas-fasilitas kesehatan yang membutuhkan di Bali.

Berdasarkan informasi yang bisa kita lihat di instagram @supportbali, kita akan melihat bagaimana donasi yang dikumpulkan oleh Suport Bali sudah ratusan juta. Hasil donasi mereka juga sudah disalurkan di banyak fasilitas kesehatan (Faskes) yang dibantu, bahkan banyak publik yang turut mendukung. 

Tim Support Bali saat distribusi dari hasıl donasi (foto: Support Bali)

Pada Kamis (30 April 2020), saya berkesempatan menggali informasi tentano Support Bali melalui wawancara live in instagram akun @doktertanpastigma (DTS). Perwakilan dari tim Support Bali yang berkesempatan saya wawancarai adalah Maya, Co-Founder Support Bali.

Menurut Maya, inisiatif munculnya gerakan Support Bali ini berawal dari rasa sedih dan prihatinnya melihat salah seorang teman paramedis yang bekerja menggunakan jas hujan sebagai APD. Tim Support Bali akhirnya memutuskan untuk melakukan sesuatu untuk membantu mereka.

Tanggal 30 Maret 2020, “Support Bali resmi terbentuk, mengumpulkan donasi atau sumbangan berupa barang apapun yang bisa membantu paramedis yang bekerja. 

Berbekal keyakinan bahwa niat menolong pasti dilancarkan, bahwa kita harus bergerak, jangan menunggu bantuan dari pemerintah. 

Banyak Masyarakat Tergerak untuk Membantu

Sejumlah public figure mulai turut membantu dan gambar mereka dipublikasikan di akun instagram Support Bali

Upaya Tim Support Bali tidak sia-sia. Begitu banyak bantuan dan antusiasme dari orang-orang sekitarnya dan masyarakat Bali yang ingin ikut berkontribusi. 

“Bahkan tak jarang orang-orang yang tidak kukenal mengirimkan uang, seringkali anonim. Tidak hanya dari Bali, tetapi juga dari berbagai daerah di Indonesia. Juga sumbangan berupa barang-barang yang membuatku begitu terharu. Ada orang yang menyumbang sekotak sarung tangan, yang mungkin sebenarnya dia beli untuk dirinya sendiri, tetapi dia sumbangkan untuk tenaga medis melalui Support Bali,” ungkap Maya saat live in instagram DTS. 

Ketika merasa kebingungan untuk membungkus barang-barang yang hendak disumbangkan, Tim Support Bali mencoba menggandeng CV Buana untuk berkolaborasi dalam membantu menyediakan box. Saat itu CV Buana setuju untuk menyumbangkan 500 buah box. Ada juga pedagang kain yang menyumbangkan dagangannya untuk membantu.

Begitu besar kepercayaan dari para donatur membuat Tim Support Bali tidak mau main-main dalam pertanggungjawaban. Mereka pun akhirnya membuat website khusus agar semua donasi bisa terlihat secara live. Begitu juga semua laporan keuangan agar bisa transparan. Tetapi membangun web ternyata tidak mudah dan butuh waktu lama.

Selama menunggu web diproses, Support Bali meluncurkan akun Instagram. Lagi-lagi Tuhan memberi jalan, dihadirkan lah seorang teman yang ahli di bidang IT yang bersemangat untuk membantu. Web yang biasanya membutuhkan waktu 1 bulan pembuatan, bisa selesai dalam 2 minggu. 

Bekerjasama dengan Sejumlah Pabrik Konvekasi 

Support Bali terus bergerak tanpa menunggu-nunggu. Antrian permintaan sumbangan makin memanjang, uang dan barang donasi harus segera digerakkan. Dalam kesulitan mencari APD yang pada saat itu sangat langka dan kebutuhan yang sangat beragam, Support Bali akhirnya memutuskan untuk berfokus pada hazmat reusable dengan cara produksi sendiri. 

Distribute sejumlah kebutuhan untuk donasi dari Support Bali. (foto: Support Bali)

Bekerjasama dengan pabrik konveksi setempat, Support Bali bisa menyumbang hazmat dua kali lebih banyak dengan jumlah uang yang sama daripada harus membeli. Cara ini juga membantu para penjahit agar jangan sampai dirumahkan. 

Kepercayaan menjadi kunci yang dipegang teguh oleh Support Bali. Setelah bekerja sama dengan banyak figure publik, banyak sekali orang yang ingin memberi dukungan dengan meminta frame Support Bali agar bisa dipasang foto mereka dan disebarkan. Tetapi Support Bali memilih tidak melakukan hal itu secara sembarangan. Support Bali selektif terhadap siapa-siapa saja yang diajak bekerjasama, bukan karena sombong atau pilih-pilih tetapi karena memegang teguh amanah yang dipercayakan para donatur. 

Begitu juga dalam pemilihan faskes yang akan disumbang. Setiap faskes harus mendaftar dengan menyertakan berkas-berkas tertentu untuk diverifikasi. Bagi sebagian orang ini terkesan menyulitkan tetapi sekali lagi, ini adalah bentuk pertanggungjawaban Support Bali terhadap donatur agar jangan sampai sumbangan jatuh ke tangan pihak yang tidak bertanggung jawab. 

Dengan donasi lebih dari 200 juta saat ini dan lebih dari 70 faskes yang mengirimkan permintaan, NGO yang baru satu bulan berdiri ini harus sangat berhati-hati agar jangan mencederai kepercayaan orang banyak. 

Berbuat Kebaikan Tidak Butuh Pikir Panjang

Sebagai sahabat dan seorang tenaga medis, saya sangat terharu dengan apa yang dilakukan oleh Tim Support Bali. Meskipun mereka sama sekali tidak menganggap apa yang mereka lakukan adalah hal besar tetapi sesungguhnya pengaruhnya sangat luar biasa. Siapa yang bisa tahu, berapa banyak nyawa tenaga medis yang diselamatkan oleh bantuan dari Support Bali. 

Tim Support Bali juga berpesan pada semua teman-teman di Indonesia untuk ikut melakukan kebaikan sekecil apapun pada masa sulit ini. Berbuat kebaikan tidak butuh pikir panjang, lakukan saja, jangan memikirkan bahwa kita tidak bisa, bahwa yang kita lakukan terlalu kecil, tidak bermanfaat. Tidak ada kebaikan yang sia-sia, ketika kita membantu orang lain justru kitalah yang terbantu. Maya dan teman-teman sudah membuktikan sendiri melalui Support Bali.