Triya dan teman-temannya menginisiasi membuat hand sanitizer (HS) dan disinfektan daun sirih untuk dibagikan secara gratis. Dia juga membuat alat pelindung diri (APD) sendiri yang terbuat dari bando dan mika.
Di tengah langkanya alat pelindung diri (APD) dan hand sanitizer (HS) atau pembersih tangan, sejumlah individu dan komunitas pun mulai berinisiatif menggalang dana. Uniknya, ada juga komunitas yang bukan sekadar menggalang dana, namun juga menciptakan HS dan APD sendiri dan dibagikan secara gratis. Termasuk yang dilakukan oleh Triya dan teman-temannya.
Inisiasi Membuat Hand Sanitizer dan Disinfektan Daun Sirih
Salah satu perempuan yang menginisiasi untuk membuat hand sanitizer (HS) dan APD ini adalah Triya Amalina bersama teman-teman sejawatnya. Triya, begitu sapaan akrabnya, saat ini bekerja sebagai Analis Laboratorium di salah satu klinik di Depok. Salah satu pekerjaannya adalah mengambil sampel darah dan bersentuhan langsung dengan pasien.
Saat Tim Redaksi Perempuan Berkisah mewawancarai Triya melalui whatsapp (WA) pribadinya, pada Rabu (25/03/2020), Triya mengaku kesulitan mencari hand sanitiser (HS) dan bahan-bahan pembuatannya. Triya akhirnya bersama teman-temannya berinisiatif membuat HS sendiri. Kini di saat kondisi kesehatan masyarakat sedang terancam karena menyebarnya virus corona, tentunya menjadi kegelisahan tersendiri baginya. Apalagi, ketika muncul pemberitaan pertama kalinya tiga warga Depok positif corona.
“Rumah warga yang disebut media positif corona itu cukup dekat dengan tempat tinggalku. Sejak itu tentunya klinik di tempatku bekerja pun mulai ramai warga memeriksakan dirinya terkait corona,” ungkapnya.
Sayangnya kepanikan masyarakat serta gencarnya sosialisasi tentang pentingnya masyarakat menggunakan HS, membuatnya semakin langka dicari. Masyarakat pun mulai termakan asumsinya sendiri. Padahal, informasi yang mereka dapatkan di beragam media belum tentu paling benar.
Sebagai bagian dari tenaga medis, Triya mengaku sedih dan marah akibat ulah masyarakat yang membeli HS dalam jumlah banyak. Sehingga berakibat naiknya harga HS. Pembersih tangan memang memberikan cara yang mudah dan efektif untuk membersihkan tangan, jika sabun dan air tidak tersedia. Namun, sebaiknya tetap usahakan menggunakan sabun pencuci tangan. Akhirnya, Triya bersama komunitasnya tetap berinisiatif membuat HS sendiri untuk dibagikan secara gratis kepada warga yang membutuhkan.
Triya mengaku sudah membuat HS dengan bahan yang secara kebetulan sudah sesuai dengan standar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan WHO. Takaran yang sudah menjadi standar pembuatan hand sanitizer sesuai arahan WHO yakni alkohol 833 cc untuk etanol 96 persen, hidrogen peroksida (H202) 3 persen 41,7 cc dan 14,5 cc gliserol.
Selain HS, mereka juga membuat disinfektan yang terbuat dari daun sirih. Disinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran oleh jasad renik atau obat untuk membasmi kuman penyakit.
Kini, dia akan tetap membuat dan membagikan HS bagi bagi warga yang kurang beruntung mendapatkan HS dengan harga murah. Misalnya seperti tukang ojek, pedagang kaki lima, dan warga lainnya yang kurang beruntung mendapatkan HS.
Membuat APD Sendiri dari Bando dan Mika
Setelah hand sanitizer (HS) mulai langka dan harganya melangit, beberapa hari ini Triya mulai kesulitan mendapatkan alat pelindung diri (APD). Sebagai tenaga medis, dia dan rekan-rekan sesama tenaga medis lainnya merasakan betul bagaimana dia sangat membutuhkan alat itu. Akhirnya, dia dan beberapa temannya berinisiatif membuat APD sendiri dengan memanfaatkan bando dan mika.
Seperti yang sudah kita tahu bersama, Bando merupakan pakaian aksesori yang dikenakan di rambut atau di sekeliling kepala dan dahi. Bando biasanya digunakan untuk menahan rambut agar tidak menghalangi wajah. Bando terbuat dari bahan elastis seperti plastik atau logam yang dibuat berbentuk tapal kuda.
Nah, kali ini bando dimanfaatkan untuk bahan APD. Selain bando, bajan lainnya adalah mika plastik. Menurut Triya, bando juga jika kualitasnya kurang bagus, akan gampang patah. Namun apa boleh buat, hanya itu yang bisa dia andalkan sebagai bahan membuat APD.
“Manfaat APD untuk melindungi muka dari percikan api maupun bahan-bahan kimia di lab kimia awalnya, tapi sekarang mulai dipakai untuk melindingi diri dari droplet. Droplet adalah cairan yang keluar setiap kali seseorang bersin atau batuk,” jelas Triya.
Saat ini untuk mendapatkan ADP sama sulitnya dengan HS, karena semua tenaga medis butuh, sementara stok dari produsen terbatas terus harganya juga tinggi. Selain terbuat dari bando dan mika, beberapa temannya juga membuatnya dari jas hujan.
Masa Paling Menegangkan Sebagai Tenaga Medis
Bagi Triya, kondisi seperti saat ini dimana warga terancam kesehatannya di hampir semua tempat, adalah masa paling menegangkan bagi dirinya. Sebagai tenaga medis, meskipun saat ini kondisinya baik-baik saja, namun dia mengaku takut untuk pulang ke rumah atau berinteraksi langsung dengan keluarganya di rumah.
“Aku semakin takut jika pulang nanti aku justru membawa virus itu tanpa aku sadari, lalu menyebarkannya ke yang lain. Sejauh ini teman-teman di klinik baik-baik saja. Kita juga masih ngusahin segala sesuatunya dan terus mencari informasi tentang APD di tempat lain. Jadi sepanjang aku kerja, ini adalah masa termenegangkan. Beberapa dari kami takut buat pulang ke rumah. Buat teman-teman yang mendapat hak istimewa buat working from home (WFH), tolong dimaksimalkan waktunya buat di rumah,” ungkap Triya.
Triya juga sangat berharap dan memohon kepada masyarakat yang berkesempatakan untuk WFH, “Tolong buat yang berkesempatan WFH, tolong diam di rumah dulu. Mungkin kamu siap mati, tapi bagaimana dengan yang lain? Dengan kamu diam di rumah, kamu sudah berkontribusi dalam menyelamatkan nyawa orang lain. Jaga kebersihan, jaga kesehatan, jalanin physical distancing. Dan yang teenage medis pun pasti berusaha sebaik-baiknya,” tandasnya.
Kini sesuai dengan sumpah jabatannya, sebenarnya dia sangat ingin menjadi bagian dari relawan yang membantu pasien corona. Namun, sekiranya keadaan tidak memungkinkan baginya untuk turun menjadi relawan, setidaknya dia masih bisa membantu dengan caranya. Dia akan tetap mengedukasi masyarakat semampunya dan sesuai kapasitasnya.
INFO: JIKA PEMBACA ADA YANG INGIN BERDONASI KEPADA TRIYA DAN TEMAN-TEMANNYA BAIK UANG MAUPUN BAHAN-BAHAN YANG DIBUTUHKAN, SILAKAN KIRIM PESAN MELALUI EMAIL: perempuan.berkisah@gmail.com