Suatu hari pada pukul 3 pagi, saya hanya terbaring menatap langit-langit kamar kos dalam cahaya yang redup. Pekerjaan sudah selesai, tidak mengantuk namun merasa lelah, dan linimasa Instagram bahkan tidak menarik lagi. Hanya tersisa saya dan kecemasan yang memuncak.
Banyak orang dewasa yang juga menemukan dirinya terjaga sampai pagi. Memasuki waktu Indonesia bagian overthinking, katanya. Diliputi kecemasan tentang masa depan atau pun mengutuk atas kebodohan yang telah dilakukan di masa lampau. Setiap malam-malam itu, saya pun memiliki skenario overthinking yang berbeda.
Kadang memproyeksikan masa depan dengan pilihan sekarang atau berandai-andai hidup di dunia alternatif jika kemarin memilih jalan yang berbeda. Malam lainnya, saya memikirkan pilihan hidup yang gagal dan kesalahan lainnya. Perasaan takut, menyesal, atau sedih menyertai dan mengantar sampai terlelap sendiri layaknya nina bobo. Entah kenapa, membayangkan hal-hal tersebut terasa lebih mudah daripada hal-hal yang bahagia.
Melewati pukul 00.00, hal-hal ini akan memenuhi kepalamu. Overthinking diartikan sebagai kondisi dimana otak kita memikirkan suatu hal secara berlebihan. Kondisi tersebut datang dengan perasaan resah, cemas, dan khawatir. Hal ini kerap menyerang ketika kita hendak beristirahat. Kebiasaan tersebut dapat membuat stres dan kesulitan tidurA. Overthinking juga dapat membuat kita memikirkan kemungkinan-kemungkinan di masa depan. Hal ini dapat membuat kita semakin cemas dan khawatir akan hari esok.
Setiap di tingkatan hidup yang berbeda, disitu pula ada kecemasan yang berulang-ulang terputar di kepala bagaikan scene di film. Takut makin dewasa tapi sudah terlanjur berada di usia lebih dari seperempat abad. Sudah sering lilin-lilin diatas kue ulangtahun tertiup dan menandakan banyak kisah yang usai, berbagai peran yang dijalani, kegagalan yang dialami, pelajaran yang didapatkan, sahabat yang pergi, dan lainnya.
Ada Fase Menghukum Diri Sendiri
Pada jam-jam overthinking itu, banyak dari kita yang memikirkan kesalahan diri sendiri mulai dari peristiwa konyol yang bikin kita malu atau keputusan gegabah yang mengubah hidup kita. Saya sering berpikir bahwa satu dekade lalu mungkin pernah menyakiti orang lain tanpa disadari. Dan saya menghukumi diri sendiri dengan berpikir bahwa orang-orang tersebut akan menyimpan dendam. Entah memang ada atau tidak, yang pasti saya memarahi diri sendiri akan hal tersebut.
Ketika overthinking, kita juga sering mengundang kembali rasa sakit hati dan kecewa akan kisah-kisah percintaan dahulu. Namun semakin sering patah hati, maka disana ada pelajaran dan rasa ikhlas. Mengikhlaskan bahwa ada yang mencoba menyakitimu dengan sengaja atau tidak sengaja. Juga, mengamini bahwa ada hubungan yang tidak bisa dipaksakan meskipun dapat diusahakan. Atau melepaskan orang baik yang terkadang bukan untuk kita. Terkadang semesta tidak bersahabat sehingga mempengaruhi cara kita dalam mempersepsikan sesuatu. Tetapi tetap bersyukur terhadap hal-hal manis yang membuat jantung kita berdebar dan membuat kita gembira.
Ketika overthinking melanda, saya biasanya mengambil kertas kecil dan mencatat hal-hal kecil yang membuat saya bahagia jika mengingatnya. Seperti; memori ketika liburan dengan keluarga, masa-masa kuliah, sushi terenak yang pernah saya coba, dan lain-lain. Kemudian saya membaca ulang hal tersebut sampai sedikit tenang. Atau saya mendengarkan musik kesukaan dan menyalakan lilin aromatik dengan wangi Vanilla.
Ketika saya terlalu overthinking sampai bersedih, saya selalu mengusap dada saya dan berbisik kepada diri sendiri untuk ikhlas, sabar, dan tenang. Ajak ngobrol diri sendiri, peluk diri sendiri, bujuk dan rayu dirimu sampai tenang, atau sekedar usap kepalamu sendiri dengan lembut.
Saat ini, saya sedang belajar mengenai afirmasi positif. Mengulang pernyataan positif dan meyakinkan diri bahwa akan ada hal hebat yang menanti di masa depan. Saya sering membuat daftar keinginan sepele atau besar di hape. Ganti pikiran “Gimana ya kalau….” menjadi “Aku pasti bisa dan akan ada hal baik yang menungguku!”. Ulang hal tersebut, yakini sepenuh hati, dan berprasangka baik kepada masa depan yang baik. Namun apabila overthinking tidak bisa dikendalikan, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional.
Fase Memberi Ruang Maaf
Overthinking dapat diminimalisir dengan memberi ruang maaf untuk diri sendiri dan berdoa untuk kedamaian hati untuk dirimu dan orang lain. Memikirkan kesalahan mulai dari tindakan atau ucapan kadang tidak dapat dihindari ketika overthinking. Kita harus menerima fakta bahwa kita semua pernah salah. Kita semua pernah melakukan hal bodoh dan berbicara yang menyakiti manusia lain. Semoga kita mampu memaafkan diri akan hal tersebut dan apabila diberi kesempatan atau keberanian, maka mampu berkata maaf kepada yang terluka dan berjanji untuk memperlakukan orang lain dengan hormat. Selain itu, yakin bahwa kemungkinan-kemungkinan buruk dan skenario gagal di masa depan tidak akan terjadi karena hal tersebut akan membatasi gerakanmu untuk tumbuh dan berkembang.
Sebagai manusia, kita harus berhenti menyalahkan dan menghukum diri sendiri atas sesuatu yang tidak bisa dikendalikan. Dan untuk menerima bahwa ada hal diluar kuasa kita yang tidak perlu dipusingkan. Tetapi juga mampu menentukan sikap yang diperlukan, apakah diam atau bersuara dalam kondisi-kondisi tertentu. Mampu berdiri untuk diri sendiri ketika ada yang membuat narasi palsu atau ketidakadilan kepada diri. Kita yang memiliki kendali untuk bereaksi.
Kita Bertanggung Jawab atas Kebahagiaan Diri Sendiri
Kita bertanggung jawab atas kebahagiaan diri sendiri dan kita tidak bertanggung jawab atas kebahagiaan orang lain. Tetapi kita bertanggung jawab untuk membuat mereka nyaman dan tidak terluka. Kita bertanggung jawab untuk memperlakukan satu sama lain dengan layak dan baik.
Selepas ini, berdiri tegap dan merawat harga diri. Karena teman yang akan menemani sampai akhir adalah diri sendiri dan pada akhirnya, komitmen terbaik untuk manusia adalah pada diri sendiri; jiwa dan tubuhmu.
Basuh muka, minum air putih, dan tarik selimutmu untuk tidur. Besok akan lebih baik, Kalau tidak besok, masih ada lusa dan hari lain yang lebih baik.
–
Profil Singkat
Michiko Karlina adalah lulusan Hubungan Internasional yang saat ini bekerja di sektor pemerintahan di Jakarta. Michiko gemar mendengarkan musik, menulis, mengoleksi kartu pos, dan menonton film Zombie.