Tak jarang aku temui kisah teman-teman perempuanku yang tidak percaya diri pada dirinya sendiri. Selalu menganggap dirinya tidak berarti, tidak menarik dan tidak cantik. Awalnya aku heran kenapa mereka selalu memandang rendah diri sendiri, padahal cukup ku akui mereka semua cantik dan berbakat. Ternyata pandangan dari para lelaki lah yang membuat mereka akhirnya tidak lagi merasa percaya diri.
Tren Kecantikan pada Dasarnya Tidak Berubah
Masih banyak perempuan yang menganggap jika mendapat gelar cantik adalah saat ada laki-laki yang memujinya cantik atau memperlakukannya dengan spesial. Tidak peduli secantik apa mereka, jika belum mendapat pujian sekaligus pembenaran dari publik bahwa mereka cantik, kebanyakan perempuan tidak akan menyadari betapa cantiknya mereka. Namun, selalu ada pembatasan untuk cantik yang disematkan pada setiap perempuan. Cantik yang seperti apa?
Tren kecantikan selalu berubah tetapi sebenarnya selalu sama yaitu cantik karena memiliki kulit putih bersih, tubuh langsing, wajah bersih tidak berjerawat, hidung mancung, bibir tipis dan masih banyak lagi. Seolah ada standar yang mengategorikan perempuan cantik dan tidak. Bahkan jika kita bertanya bagaimana ciri-ciri atau definisi cantik, pasti selalu tentang fisik dan penampilan yang dibahas. Sangat jarang sekali perempuan terlihat cantik karena keramahannya, perangainya atau bahkan kecerdasannya.
Akhirnya dibanding berlomba-lomba untuk meningkatkan kapasitas diri, seorang perempuan lebih senang mempercantik diri. Ulasan-ulasan tentang bagaimana memutihkan kulit, tutorial mengalis dan bagaimana cara make up yang tahan lama selalu banjir view dan like dibanding bagaimana menjadi wanita yang memiliki kecantikan dari dalam dirinya.
Siapa pelakunya? Sistem Patriarki
Siapa pelakunya? Jawabannya sistem patriarki. Para lelaki lebih memberi penghargaan pada perempuan-perempuan yang berpenampilan cantik ketimbang pintar atau baik hati. Dan sudah menjadi sifat dasar perempuan yang inginnya diperhatikan dan dipuji maka tak sedikit perempuan yang sibuk mempercantik diri dengan segala macam perawatan dan make up. Dari ujung rambut hingga ujung kaki semua harus diperhatikan. Pakaian, tas, sepatu dan aksesoris menjadi barang wajib yang harus ikut juga diperhatikan. Akhirnya, tren kecantikan selalu menjadi panduan untuk setiap perempuan. Seolah kalau tidak mengikutinya kita tidak akan dipandang sebagai perempuan ‘cantik’.
Karena standar-standar kecantikan itulah, perempuan-perempuan yang merasa tidak mampu bersaing akan merasa rendah diri dan menutup dirinya. Melihat bagaimana perempuan cantik selalu menjadi sorotan dan pujian, sedangkan dirinya hanya bagian yang tidak terlihat membuatnya merasa tidak berarti. Sebenarnya, ada kesalahan mindset di sini!
Privilege Bagi si Cantik dan Kemudahan Lainnya
Perempuan yang selalu banjir pujian, karena wajahnya cantik atau pakaiannya yang fashionable membentuk dirinya menjadi pribadi yang percaya diri, karena ia merasa semua orang menyukai dirinya. Ia selalu mendapat privilege dari kecantikannya, ia menjadi sosok yang lebih menghargai dirinya sendiri dan tahu potensi apa yang dimilikinya, sehingga orang menyukainya. Sebenarnya bukan dari cantiknya, tapi wajah cantiknya lah yang seolah membantunya disukai oleh banyak orang.
Sementara perempuan yang merasa rendah diri akan dirinya sendiri, karena merasa tidak sesuai dengan standar kecantikan kebanyakan lebih menutup diri, ia lebih takut orang akan mengomentari penampilannya atau wajahnya ketimbang mendengarkan apa yang dibicarakannya. Ia takut fisiknya yang tidak cantik justru mendapat celaan dan bahan bercandaan dari orang-orang. Sebenarnya itu bukan ketakutannya semata, itu selalu menjadi fakta yang tak banyak dibicarakan.
Laki-laki akan lebih senang mendengar perempuan cantik berceloteh panjang lebar ngalor ngidul, ketimbang perempuan dengan penampilan biasa saja menyampaikan pesan yang sangat penting. Itulah mengapa akhirnya perempuan selalu berlomba untuk cantik agar mendapat privilege dari lingkungan sosialnya. Lagipula perempuan mana yang tidak suka dipuji cantik?
Lalu, apa itu privilege? Mengapa efeknya sangat luar biasa pada setiap orang? Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata privilege yang diserap menjadi ‘privilese’ dalam Bahasa Indonesia memiliki arti hak istimewa. Hak istimewa diberikan pada seseorang yang memiliki kedudukan tertinggi atau yang memiliki kekuasaan. Hak istimewa ini dapat berbentuk apapun, seperti selalu mendapat akses dengan mudah atau diberi pelayanan yang eksklusif dibanding orang lain.
Mengapa privilege ini dapat diberikan pada perempuan-perempuan paras cantik?
Sebenarnya privilege atau hak istimewa ini diberikan pada siapa saja yang memiliki kelebihan lebih dibanding yang biasa-biasa saja atau standar. Mereka diberikan hak istimewa karena mereka lebih dari yang lain, ya karena mereka lebih cantik atau lebih menarik maka perempuan itu lah yang mendapat privilege dari masyarakat. Dan tanpa sadar privilege yang diberikan untuk orang-orang yang memiliki fisik menarik dan rupawan sudah kita lakukan sejak masa sekolah.
Misal ada dua perempuan, yang satu dengan parasnya yang cantik, wajahnya bersih dengan polesan bedak dan lip tint di sekolah dengan perempuan kutu buku dengan kacamata tebal yang membingkai matanya dan pakaian sekolahnya yang selalu kebesaran. Mana yang lebih menarik mata? Tentu saja jawabannya si perempuan yang pertama, dialah yang akhirnya berhak mendapat privilege dari lingkungan sosialnya. Ia lebih dimudahkan dalam memiliki teman, disenangi guru-guru dan selalu menjadi sorotan di sekolah. Sekali lagi itu karena cantik seolah membantunya mendapatkan kepercayaan dirinya dan perlakuan spesial dari orang-orang sekitarnya.
Lalu, si kutu buku tadi bagaimana nasibnya? Ia hanya selalu menjadi bayang-bayang! Ada tapi tidak dipedulikan kehadirannya. Ia hanya akan terlihat di ujung ruangan tanpa ada orang yang menyorotnya, tidak peduli sepintar apapun dia di mata pelajaran kehadirannya tetap tidak ternotice. Beda cerita jika dia mau sedikit saja merubah penampilannya atau mulai membuka diri. Maka, kuncinya tetap penampilan dan seberapa menarik si perempuan itu untuk dapat diberikan privilege.
Namun, bagaimana jika sudah berusaha untuk mengikuti standar kecantikan tetap tidak mendapat privilege itu? Seperti yang sudah dikatakan, privilege hanya dapat diberikan pada orang yang memiliki kelebihan lebih atau yang paling menonjol di antara lain. Jika ada lima orang perempuan cantik dan pakaian yang sama bagus pasti hanya ada satu atau dua yang benar-benar mendapatkan privilege. Itu jugalah yang membuat perempuan selalu mengejar kecantikan dan tidak pernah puas. Karena lingkungan selalu menempatkannya pada posisi itu.
Privilege Tak Selamanya Membanggakan
Yang ingin kutegaskan di sini adalah mendapat privilege tidak selamanya menjadi hal yang membanggakan, memang benar siapa sih yang tidak ingin diberikan perlakukan istimewa? Menjadi sorotan dan selalu mendapat pujian oleh orang lain? Namun, bila akhirnya membuat rendah diri atau bahkan menyakiti diri sendiri apalah arti pujian itu?
Berpenampilanlah senyaman kamu, berperilakulah sebagaimana dirimu. Menjadi cantik tidak harus melulu tentang fisik dan penampilan, mulailah dengan bersikap baik dan ramah pada orang lain. Ya…memang tidak akan mendapat pujian, tapi itu akan lebih dihargai dan diingat oleh orang lain. Jika perempuannya sendiri tidak merubah standar kecantikan yang sudah ada siapa lagi yang akan merubahnya? Tidak mungkin kita mengharapkan cowok merubah pandangan mereka tentang perempuan cantik kan? Karena memang sifat alamiah mereka menyukai lewat apa yang dilihatnya!
Jadi, tidak ada salahnya memulai dari diri sendiri dulu kok. Kuncinya tetap percaya diri dan melakukan sesuatu bukan untuk sebuah pujian atau perlakuan spesial.