Saat perempuan terlalu sibuk dengan pekerjaan, anak yang kemungkinan menjadi korban. Tak jarang muncul pikiran bahwa waktu 24 jam tidaklah cukup untuk menjalankan seluruh tanggung jawab tersebut. Padahal, waktu sama sekali tidak bisa bertambah seberapa keras pun kita berusaha. Pertanyaannya, bagaimana memastikan waktu 24 jam dalam sehari cukup untuk menyelesaikan seluruh tanggung jawab dari masing-masing peran?
Salah seorang Pilantrofis, Penulis dan Motivator asal United States, pernah mengatakan bahwa begitu kita menguasai waktu, kita akan mengerti betapa selama ini kita selama ini kebanyakan melebih-lebihkan apa yang kita capai dalam setahun. Sayangnya, kita cenderung meremehkan capaian kita dalam satu dekade. Lalu bagaimana dengan mereka yang memiliki multi peran dengan capaiannya sendiri-sendiri?
Kembali lagi menyoal betapa perempuan para umumnya memiliki multi peran yang mesti kita lakoni dalam kehidupan. Bukan hanya peran utama sebagai pasangan (istri) dan/atau ibu. Dalam lingkup lebih besar, kita juga dapat berperan sebagai anak, pekerja, tetangga, saudara, pengurus organisasi, atau lainnya. Setiap peran tersebut bukan hanya label, ia hadir dengan rentetan kebutuhan dan tanggung jawab yang mesti dipenuhi.
Sebagai istri misalnya, kita mesti berbagi tanggung jawab dengan suami untuk menciptakan suasana rumah yang nyaman untuk ditinggali, memastikan keuangan keluarga berjalan sesuai rencana anggaran, dan bersinergi membangun hubungan yang sehat demi bahagianya kehidupan pernikahan.
Sebagai ibu, kita memiliki tanggung jawab untuk memastikan kesehatan dan pendidikan anak-anak dengan menyediakan makanan bergizi, mendidik mereka, dan memenuhi kebutuhan mereka. Contoh tersebut hanya sedikit dari sekian tanggung jawab yang mesti dilakukan perempuan sehari-hari hanya dari dua peran utama. Lalu, bagaimana jika perempuan melakoni lebih dari dua peran dalam hidupnya?
Pemenuhan tanggung jawab yang tidak seimbang seringkali menimbulkan gesekan antarperan. Saat perempuan terlalu sibuk dengan anak, tak jarang suami merasa terabaikan. Saat perempuan terlalu sibuk dengan pekerjaan, anak yang kemungkinan menjadi korban. Tak jarang muncul pikiran bahwa waktu 24 jam tidaklah cukup untuk menjalankan seluruh tanggung jawab tersebut.
Padahal, waktu sama sekali tidak bisa bertambah seberapa keras pun kita berusaha. Pertanyaannya, bagaimana memastikan waktu 24 jam dalam sehari cukup untuk menyelesaikan seluruh tanggung jawab dari masing-masing peran? Berikut ini adalah kiat cerdas mengelola waktu dengan lebih baik untuk hidup yang lebih seimbang.
Susun Rencana Mingguan Secara Berkala
Luangkan waktu sekitar 30 menit setiap minggu untuk menyusun rencana mingguan. Memiliki rencana mingguan akan membuat kita terbantu dalam mengidentifikasi tanggung jawab terpenting, menetapkan skala prioritas, menyusun jadwal yang efektif, dan mencapai tujuan tertinggi kita dalam melakoni setiap peran dan tanggung jawab.
Dalam membuat perencanaan mingguan, identifikasi maksimal tujuh peran yang akan kita jalani dalam seminggu. Bagi ketujuh peran tersebut untuk kehidupan pribadi dan profesional. Misalnya, dalam satu minggu saya memilih fokus pada peran sebagai istri, ibu, relawan, penulis lepas, dan anggota keluarga.
Saya memilih peran anggota keluarga berbeda dari istri dan ibu karena di akhir minggu ini saya memiliki rencana pertemuan keluarga untuk pelaksanaan acara lamaran dan saya mesti hadir dan membagi waktu saya untuk acara tersebut.
Jika sudah menetapkan peran, langkah berikutnya adalah menetapkan prioritas tertinggi. Prioritas tertinggi merupakan hal terpenting yang bisa kita lakukan dalam peran minggu ini. Prioritas ini mesti membantu mencapai misi, tujuan jangka panjang, atau proyek penting kita.
Meski terdengar resmi dan begitu penting, yang dimaksud prioritas tidak melulu berbentuk pekerjaan. Contohnya, saya baru saja pindah rumah dan butuh satu minggu untuk merapikan barang hingga proses bongkar muat.
Saya merasa kekurangan waktu berkualitas dengan pasangan sehingga prioritas tertinggi saya untuk menjalankan peran sebagai istri adalah menyediakan waktu untuk ngobrol hangat dengan suami tanpa diganggu ponsel atau pekerjaan. Hal ini saya jadikan prioritas minggu ini karena tujuan jangka panjang saya adalah memiliki pernikahan yang bahagia.
Setelah menentukan peran dan prioritas tertinggi, catatlah peran dan prioritas tersebut dalam sebuah jadwal sederhana. Pastikan jadwal yang kita gunakan terpadu dalam satu tempat, mudah dibawa, dan personal. Kita dapat menggunakan jurnal weekly planner, buku harian, papan jadwal, ponsel, atau memanfaatkan aplikasi seperti Google Calendar, Microsoft Outlook Task List, atau aplikasi planner lainnya. Setelah memastikan seluruh prioritas tertinggi kita terjadwal, susun tanggung jawab dari peran lainnya yang sudah kita tetapkan.
Fokus pada prioritas
Latihlah diri untuk mengidentifikasi dan menghilangkan aktivitas yang tidak berguna. Pastikan kita memahami makna definisi dari kata penting dan mendesak untuk menentukan skala prioritas dalam menggunakan waktu.
Aktivitas penting adalah aktivitas yang memberikan kontribusi bagi misi, value, dan tujuan hidup kita. Aktivitas mendesak adalah kegiatan yang menurut diri dan/atau orang lain perlu segera diberi perhatian.
Pembagian aktivitas penting dan mendesak tersebut dapat kita bagi menjadi matriks waktu seperti di bawah ini:
Kualitas versus Kuantitas Waktu
Mengalokasikan lebih banyak waktu untuk sebuah peran dan tanggung jawab tidak selalu berarti lebih baik. Saya bisa saja mengalokasikan waktu membacakan buku untuk anak selama satu jam yang biasanya hanya memerlukan waktu tiga puluh menit. Namun, di sela-sela waktu membacakan buku tersebut saya masih sibuk dengan ponsel dan membiarkan anak membaca buku sendiri. Hal tersebut adalah contoh nyata dari memberikan kuantitas waktu yang berlebihan tetapi tidak berkualitas.
Saat kita menyusun jadwal untuk memenuhi skala prioritas, pastikan kita mengalokasikan waktu yang cukup dan fokus ketika menjalankannya. Kebiasaan meningkatkan kuantitas tanpa kualitas waktu inilah yang sering membuat kita merasa kehabisan waktu. Padahal, waktu selalu berjumlah 24 jam setiap harinya.
Jangan Abai pada Kebutuhan Diri
Kondisi fisik dan emosi sangat berpengaruh pada cara kita menjalani aktivitas. Pastikan dari seluruh jadwal yang kita rencanakan untuk memenuhi peran dan tanggung jawab yang beragam, kita juga menyisihkan waktu yang berkualitas untuk diri sendiri.
Pahami perasaan diri dan sinyal dari tubuh saat kita butuh untuk istirahat atau bersosialisasi. Kita akan lebih mudah merespons semua tanggung jawab yang hadir jika diri kita sendiri pun dalam kondisi yang optimal.
Itulah beberapa kiat mudah mengelola waktu yang dapat kita terapkan. Jika kita rutin menerapkan kiat tersebut, hidup pun akan lebih seimbang dan kita tidak lagi merasa ngos-ngosan mengejar waktu yang seolah kian berlari di tengah kesibukan.
Sumber:
Covey, S. R. (2020, November 30). habit-3. FranklinCovey. https://www.franklincovey.com/habit-3/
Shihab, N. (2020). Keluarga Kita: Mencintai Dengan Lebih Baik (4th ed.). buah hati children’s book.