Sebenarnya tidak ada aktivitas yang dikhususkan pada jenis kelamin tertentu. Jika ada laki-laki yang minat dan mahir di bidang memasak yang biarkan itu sudah menjadi keahliannya, sebaliknya berilah kesempatan pada perempuan yang memang minat dan tertarik di bidang olahraga khususnya di bidang olahraga futsal. Semua itu tidak mempengaruhi gender seseorang. Jangan sampai, pembedaan atas dasar jenis kelamin ini menjadikan perempuan ataupun laki-laki kehilangan rasa percaya diri dalam mengembangkan minat dan bakatnya.
Bukankah perempuan dan laki-laki itu setara dalam hal apapun termasuk dalam bidang olahraga. Tujuan dari olahraga itu sebenarnya untuk apa? Jika jawabannya untuk kesehatan tubuh, maka apakah lingkungan kita memperlakukan kesetaraan dan keadilan hak dalam berolahraga? Lingkungan cenderung terlalu memaksakan bahwa kegiatan olahraga hanya bisa dilakukan dengan bebas oleh laki-laki.
Perempuan hanya diarahkan ke hal-hal yang sudah dianggap lumrah di kalangan masyarakat. Perempuan cenderung dibentuk oleh keadaan yang sebenarnya tidak harus seperti itu. Perempuan dibentuk secara sepihak oleh lingkungannya, diarahkan untuk menjadi manusia yang bertata krama dan bersopan santun. Kegiatannya hanya sebatas mengerjakan pekerjaan rumah dan tentunya harus mahir memasak.
Bukankah memasak adalah keterampilan (skill) yang harus dimiliki oleh semua orang tanpa harus memandang gendernya. Sebab rasa lapar dirasakan oleh semua gender. Lalu mengapa hanya perempuan yang diarahkan untuk bisa memasak? Contohnya anak perempuan seakan harus merasa malu, ketika ia belum bisa memasak tumis kangkung. Hal ini berbeda ketika anak lelaki yang mengalaminya.
Di bidang olahraga pun kita bisa melihat hal ketidaksetaraan tersebut. Seorang lelaki seakan-akan dibentuk untuk bisa dan mahir dalam semua bidang olahraga. Sedangkan perempuan cenderung dibatasi ruang geraknya dalam berolahraga. Mungkin hal tersebut seperti tidak kasat mata tapi itu nyata. Mengapa demikian? Tentu saja karena secara tidak langsung maupun secara langsung, perempuan yang mahir dan menyukai bidang olahraga cenderung dianggap aneh. Bahkan kadang dianggap tidak mencerminkan kodratnya sebagai perempuan.
Apakah Adil Bagi Perempuan?
Pembandingan lelaki dan perempuan dalam pilihan untuk berolah raga jelas tak adil bagi perempuan. Apalagi bagi mereka yang memiliki minat dan bakat di bidang olahraga. Mereka seakan harus terhenti dan menahan dirinya, agar tidak terlalu serius dalam mengembangkan minat dan bakatnya. Karena ia takut dikucilkan dan tidak mendapatkan dukungan dari orang-orang sekitarnya. Perempuan akan merasa malu, jika ia harus aktif berolahraga. Apalagi ketika ia menginjak usia remaja, hanya karena lingkungan mulai memandang aneh hal tersebut.
Mari saling membangun dan mendukung kesetaraan dan kebebasan dalam mengekspresikan diri kita. Tak penting lagi bagi kita membeda-bedakan gender, terlebih dahulu jika akan melakukan kegiatan. Karena sebenarnya gender tidak pernah menjadi penghalang seseorang dalam beraktivitas dan menyalurkan minat dan bakat seseorang.
Sebenarnya tidak ada aktivitas yang dikhususkan pada jenis kelamin tertentu. Jika ada laki-laki yang minat dan mahir di bidang memasak yang biarkan itu sudah menjadi keahliannya, sebaliknya berilah kesempatan pada perempuan yang memang minat dan tertarik di bidang olahraga khususnya di bidang olahraga futsal. Semua itu tidak mempengaruhi gender seseorang. Jangan sampai, pembedaan atas dasar jenis kelamin ini menjadikan perempuan ataupun laki-laki kehilangan rasa percaya diri dalam mengembangkan minat dan bakatnya.