Berharap Mengubah Pasangan Toxic? Lupakan dan Segera Tinggalkan! Lebih Baik Sayangi Dirimu!

Berharap Mengubah Pasangan Toxic? Lupakan dan Segera Tinggalkan! Lebih Baik Sayangi Dirimu!

Pernah dengar kisah seseorang yang sudah menjadi korban kekerasan fisik, verbal, maupun seksual oleh pasangannya? Namun, di satu titik dia tetap memilih bertahan dan berharap pasangannya berubah. Banyak! Banyak banget! Kamu bisa baca kisah nyata mereka di akun instagram @perempuanberkisah .

Sobat Perempuan Berkisah , kita sering lupa bahwa bukan tanggung jawab kita mengubah perilaku seseorang menjadi apa yang kita mau. Bahkan tanpa sadar, kita lupa bahwa mengubah diri kita sendiri agar sadar dan mengambil sikap untuk keluar dari hubungan toxic (beracun), pun tak semudah itu. Kita fokus pada jiwa lain, sementara jiwa kita makin hancur. Untuk apa? Mau sampai kapan?.

Siapapun kita, sebaiknya berpikir ulang untuk mengubah seseorang seperti yang kita inginkan. Memang, keinginan untuk mengubah pasangan kita agar berubah bukanlah hal mudah untuk diabaikan. Namun, pelahan kamu bisa coba dan alasan berikut ini semoga bisa meneguhkanmu untuk segera beranjak dan meninggalkan pasangan toxic, apalagi sampai membuat kita sengsara tanpa tahu ujungnya akan seperti apa. 

Oke, sekarang mari saya bantu ingatkan lagi, berikut ini adalah alasan mengapa kamu harus segera ambil keputusan demi kesehatan fisikmu, jiwamu, dan tentu saja masa depanmu:

  1. Makin kamu berusaha ‘mereparasi’ seseorang, makin kamu menyakiti diri kamu sendiri.
  2. Kalau kamu pikir hanya kamu yang bisa menyembuhkan dia dan yakin dia butuh bantuanmu, sepertinya justru kamu yang butuh bantuan. Itu pemikiran yang tidak sehat.
  3. Giving up on a #brokenman nggak sama seperti jongkrokin mereka ke comberan. Kalau ‘masalah hidup’ mereka yang bahkan bukan disebabkan sama kamu, menyebabkan kamu kena imbasnya (apalagi kalau udah ada pengaruh alkohol atau narkoba)… standing by your partner bukan lagi pilihan yang harus kamu ambil. Jadi, sudahlah, tinggalkan saja lelaki yang hanya membuatmu sengsara. 
  4. Orang yang emosinya nggak stabil, biasanya perlu bantuan profesional untuk menyembuhkan diri mereka. You are NOT one. Yah, kamu bukanlah salah satunya. Ingat, kamu bukan psikolog. 
  5. If it hurts, it isn’t love. AYO SEMUANYA ULANGI KALIMAT INI! IF IT HURTS, IT ISN’T LOVE. Apa? KALAU SAKIT, ITU BUKAN CINTA NAMANYA!
  6. Hidup terlalu singkat buat dihabiskan mereparasi orang. Kalau mau, ya reparasi diri sendiri dulu lah. 
  7. Masyarakat dan keluarga mungkin akan bilang ke kamu kalau perempuan itu ya memang hidupnya untuk mengabdi dan berkorban buat suami dan keluarga. Hahaha…ini tahun 2020 neng, kamu punya hak untuk bahagia juga. Titik!
  8. Kebahagiaan itu kuncinya di diri sendiri. Bisa bahagia saat diri sendiri memilih bahagia. Kagak bisa bahagia kamu paksain ke laki-laki yang kamu pikir bisa kamu reparasi itu.
  9. Usaha kamu untuk menyenangkan dia, menyesuaikan diri, mencintai, menghujani dia dengan hadiah KAGAK BAKAL CUKUP untuk menyelesaikan problem ‘internal’ mereka. Semakin kamu usahain, makin dia mikir kalau kamu akan lakuin apa saja untuk membahagiakan dia. Jadi ya, siap-siap saja jika dia take you for granted.
  10. Love is reciprocal. Kalau kamu memberikan cinta dibalas abuse atau violence, LEAVE! Jadi, jelaskan?

Mulai sekarang, respect yourself enough to walk away from someone that doesn’t respect your right to be happy, sayangku. Leave!

SEGERA TINGALKAN SESEORANG YANG TIDAK MENGHARGAI HAKMU UNTUK BAHAGIA. SEGERA TINGGALKAN! INGAT, KALAU SAKIT, ITU BUKAN CINTA NAMANYA!