Perempuan adalah perekat kehidupan, keluarga, komunitas, negara bahkan dunia bisa kuat bila perempuan kompak, berjuang dan bekerja sama.
Seberapa sering kamu merasakan, menyaksikan, atau mengalami sendiri ketika dirimu dan juga temanmu, atau entah sesama perempuan lainnya, seakan kalian sedang bersaing? Hidup kita, para perempuan, seakan hanya disibukkan dengan persaingan sesama perempuan lainnya?
Seberapa sering kita mendengar pernyataan bahwa perempuan suka bersaing memperebutkan sesuatu hal? Bahkan sampai ada istilah “pelakor” alias perebut laki orang karena perempuan dinilai suka berebut, suka berkompetisi tidak sehat, saling sirik dan iri. Ini baru tentang pasangan. Belum lagi tentang popularitas, kepemilikan barang-barang bermerk, tentang anak siapa yang paling berprestasi dan hal-hal remeh lainnya. Demi apa? Demi validasi semata.
Sadarkah kita bahwa pemikiran atau anggapan tersebut adalah stigma negatif yang dilekatkan pada perempuan oleh masyarakat kita yang masih kuat dengan budaya patriarki? Sadarkah kita bahwa budaya ini dalam kasus tertentu mendorong munculnya pandangan seksis yang tak henti mendiskriminasi dan terus berprasangka pada perempuan?
Berdasarkan ilmu evolusi, pada dasarnya perempuan bukanlah makhluk kompetisi. Kita adalah makhluk kolaborasi. Kita menjaga kelompok kita, kita bekerja bersama-sama, ada yang berkebun, ada yang mengumpulkan makanan, ada yang mengolahnya sementara ada yang menjaga anak-anak kita. Kita menggabungkan sayur-sayuran dan mengolahnya menjadi sajian yang lezat yang bisa dimakan bersama demi ketahanan kelompok kita juga.
Bayangkan bila perempuan adalah makhluk kompetisi. Kita saling curiga dengan perempuan lain dalam kelompok kita, kita tidak mau bekerja sama mengumpulkan sayuran, bahkan kita merebut sayur perempuan lain. Kita tidak mau membiarkan anak-anak kita bermain dengan anak-anak perempuan lain. Apa jadinya kelompok? Tentu akan segera punah.
Perempuan adalah perekat kehidupan. Keluarga, komunitas, negara bahkan dunia bisa kuat bila perempuan kompak, berjuang dan bekerja sama.
Mari Hentikan Stigma Negatif Seakan Perempuan Makhluk Saling Berkompetisi
Menurut salah satu feminis Indonesia, Faiza Mardzoeki, yang juga merupakan Founder Wanita Baca, setiap perempuan memiliki pengalamannya masing-masing yang sangat personal. Kita tidak bisa menyamaratakan pengalaman mereka. Pengalaman dan pengetahuan mereka ini kemudian akan berdampak pada respon mereka dalam menyikapi sesuatu.
Jangan menghakimi perempuan bahwa perempuan saling berkompetisi dan menelikung untuk memperebutkan sesuatu. Kita harus menghapus stigma bahwa perempuan adalah makhluk yang berkompetisi dengan sesamanya. Kita tidak bisa asal menyalahkan kenapa si A suka make up hanya karena kita lebih suka alami tanpa make up dan sekian sikap perempuan lainnya.
Perempuan membutuhkan keberagaman. Karena dari keberagaman itulah kelompok kita bisa bertahan hidup. Bagaimana jadinya bila semua perempuan hanya bisa masak, tetapi tidak ada yang bisa berkebun? Bagaimana jadinya bila semua perempuan hanya tahu masak opor, tidak tahu bagaimana masak soto? Di sinilah justru letak kekuatan perempuan, ketika tidak ada satu perempuan pun yang sama. Ketika pemikiran, kekuatan dan keterampilan kita beragam, kita justru bisa semakin cepat melangkah menuju kemenangan.
Jadi lain kali ketika kita bertemu dengan perempuan yang berbeda dengan kita, jangan merasa terancam, jangan menuduh dia aneh, jangan membangun persaingan dengannya. Persaingan hanya memenangkan 1 individu, tetapi persatuan memenangkan 1 generasi.
Pertemanan Perempuan, Sistem Pendukung Emosional Satu Sama Lain
Pertemanan dekat di antara perempuan sesungguhnya memiliki dampak psikologis yang cukup besar. Meskipun lelaki dan perempuan saling melengkapi tetapi sebagai perempuan kita berkembang dalam hubungan yang kuat dengan teman perempuan.
Pertemanan dekat antara perempuan yang lepas dari rasa cemburu atau hal-hal negatif lainnya dapat memberi perempuan tempat untuk membagi masalah, pikiran dan perasaan. Semua hal yang penting untuk kesehatan mental.
Seperti dikutip dari laman Psychology Today, banyak data yang menunjukkan kalau perempuan adalah sistem pendukung emosional satu sama lain. Dari memberi nasehat, menjadi tempat untuk menangis, menyimpan rahasia, mendengarkan semua masalah dan meningkatkan harga diri, mengembangkan persahabatan perempuan yang kuat dan sehat adalah sesuatu yang dapat menguntungkan perempuan.
Menurut Kristen Fuller, dokter dan penulis kesehatan mental klinis untuk Center for Discovery, pertemanan sesama perempuan adalah untuk saling memahami, memberi validasi pada satu sama lain, memberikan saran pernikahan dan perpisahan ke satu sama lain, berbagi rahasia tergelap pada satu sama lain.
Jadi, bagaimana? percaya kan bahwa kita butuh saling menguatkan satu sama lain. Tak ada yang salah dengan sebuah kompetisi atau persaingan. Yang salah adalah ketika hidup kita sesama perempuan seakan selalu bersaing. Seakan, perempuan adalah makhluk yang bersaing dengan sesamanya. Mari terus saling menguatkan dan mengapresiasi segala prestasi kita sesama perempuan.
Sumber gambar: FREEPIK